ASMO KINARYO JOPO

Ketika Adzan subuh berkumandang, disaat itu pula tangisan pertamaku terdengar. Bertepatan hari Kamis, 22 Agustus 1985 aku dilahirkan dari sepasang kekasih Siswo Sukarno dan Kartini. Aku terlahir dari keluarga petani di desa Tanjang kedungupit Sragen, sekitar 8 KM dari kota Sragen. Masyakatnya dominan petani, selayaknya pekerjaan orang tuaku. Walaupun petani, kedua orang tuaku mempunyai cita-cita yang tinggi untuk anak-anaknya, tetapi soal pendidikan kami sangat diutamakan. Apaupun yang kami minta berkaitan dengan pendidikan/ sekolah pasti diwujudkan walaupun dengan berhutang. Ayahku pernah berpesan, “dik…walaupun ayah setiap hari memegang pacul, tapi ayah inginkan engkau tidak seperti Ayah. Engkau harus lebih baik dari ayah, tidak sekedar petani yang kerjanya panas, kalau malam kedinginan karena tidur di sawah jaga disel (pompa air) serta hasilnya tidak menentu. Oleh karena itu, ayah memberimu Didik Efendi”. Dengan harapan engkau menjadi seorang pendidik yang dihormati. Kata orang Jawa ASMO KINARYO JOPO yang artinya nama adalah doa. Dengan nama ini alhamdulillah sekarang saya mengajar di salah satu perguruan tinggi di kota Jayapura Provinsi Papua.

Aku terlahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dan juga terlahir sebagai bayi yang paling kecil diantara kakak dan adikku, beratku saat bayi hanya beberapa ons. Selain itu dimasa kecil hanya akulah anak yang sering minum obat berpuluh-puluh obat dan sering berkunjung ke dokter karena diwaktu kecil aku sering sakit. Aku juga anak yang kurang senang makan, kalau tidak ada lauk yang berbau amis-amisnya, aku tidak mau makan. Walaupun punya watak seperti ini, kasih sayang kedua orang tua tak pernah pudar, kami bertiga diberi kasih sayang yang luar biasa dari kedua orang tuaku, bahkan mereka rela tidak makan, sakit demi anak-anaknya.

Keadaanku mulai berubah ketika aku merantau di kota Serui, kota kecil yang terdapat provinsi Papua (dulu namanya IRIAN JAYA). Kota yang dikelilingi lautan dan bukit bukit kecil yang indah. Kota Seruilah mengajariku makan seadanya, hidup dengan keterbatasan, hidup jauh dari orang tua dan disinilah kemandirianku terbentuk. Saat hijrah ke kota Serui, yang ku ingat dari pesan bunda “dik….jangan tinggalkan sholat dan jangan lupa makan, kalau tidak punya uang untuk beli makan segera hubungi ayah atau bunda, atau pinjam uang disitu dulu, nanti kalau ayah dan bunda ada uang baru bunda ganti”. Pesan ini selalu terniang sampai sekarang. Setiap kali perut terasa perih belum makan, aku hanya teringat pesan bunda, karena diwaktu kecil aku sering gemetaran karena kelaparan, bukan karena tidak ada makanan di rumah, tapi aku terlalu manja kalau makan tidak ada lauknya tidak mau makan. Oleh sebab itu, bunda selalu khawatir disaat aku jauh dari rumah. Setiap kali bunda telpon, pertama kali yang ditanya apakah kamu sehat-sehat, apakah kami punya uang, apakah kami dapat pekerjaan, apakah kamu betah disana, apakah kamu dan lain sebagainya, TIDAK. Beliau pertama kali yang ditanyakan adalah apakah kamu sudah makan. Terkadang bunda belum makan kalau mendengar anak-anaknya belum makan. Begitu besar kasih sayang seorang ibu dan ayah kepada anak-anaknya. Singkat cerita berkat doa kedua orang tua, aku menjadi pemuda yang mandiri, dan sifatku berubah seratus persen, tidak lagi pilih-pilih makanan, tidak lagi bermanja-manjaan minta kiriman uang dari orang tua, tapi aku memilih menjadi tukang ojek untuk memenuhi kebutuhanku. Selama kurang lebih 1 tahun menjadi tukang ojek ada penerimaan kuliah gratis SI PGSD yang diselenggarakan pemerintah pusat dan aku mencoba mencari keberuntungan dari program tersebut. Secara rasional aku tidak masuk kategori untuk lulus, karena yang diutamakan adalah putra daerah. Aku hanya bismillah mencoba kalau rejeki tidak akan lari kemana, sembari meminta doa restu orang tua. Benar kata pak ustad salah satu doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi salah satunya adalah doa orang tua. Alhamdulilah kurang lebih menunggu tiga bulan akhirnya pengumuman kelulusanku keluar, dan alhamdulillah berkat doa orang tua aku urutan ke dua seluruh provinsi PAPUA. Dengan adanya pengumuman ini akhirnya aku hari hijrah lagi ke kota Jayapura Papua untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi ternama dan tertua di provinsi PAPUA. Tidak cukup disini keajiban doa orang tua kembali aku dapatkan ketika proses perekutan pembibitan dosen di salah satu perguruan tinggi, secara persyaratan aku tidak memenuhi syarat, banyak sekali kekurangan. Namun, aku teringat keajaiban doa orang tua yang terbukti saat aku dikota serui. Untuk yang kesekian kalinya aku minta doa dan restu dari orang tuaku untuk mengikuti seleksi pembibitan dosen dan alhamdulilah aku kembali lolos walaupun sebenarnya secara persyaratan tidak memenuhi. Untuk itu jangan pernah meremehkan doa dari orang tua dan alhamdulilah harapan orang tua dengan memberikan nama DIDIK EFENDI perlahan-lahan akan terwujud. ASMO KINARYO JOPO yang artinya nama adalah doa.

Didik dalam bahasa Jawa, artinya Berpengetahuan luas, kemakmuran.

Dilihat dari studi numerologi

Nama “Efendi” mempunyai jumlah angka:

D = 4
I = 9
D = 4
I = 9
K = 11

Jumlah totalnya adalah 37

Sehingga nama “Didik” mempunyai kepribadian Pemrakarsa, pelopor, pemimpin, bebas, pekerja keras, individualis.

Efendi dalam bahasa Indonesia, artinya Kecintaan dan kebahagiaan.

Efendi dalam bahasa Arab, artinya Laki-laki lembut (bentuk lain dari efendy).

Dilihat dari studi numerologi

Nama “Efendi” mempunyai jumlah angka:

E = 5
F = 6
E = 5
N = 14
D = 4
I = 9

Jumlah totalnya adalah 43

Sehingga menurut studi numerologi, nama “Efendi” mempunyai kepribadian Analitis, memahami, pengetahuan, senang belajar, bermeditasi, penuh kesadaran.

Tinggalkan Balasan